Pembuatan Preparat Melintang dengan
Metode Parafin
Irisan
utuh suatu specimen sangat bermanfaat bagi studi pembelajaran. Dengan adanya
preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian jaringan dan jenis sel yang ada
dalam satu preparat. Dalam pembuatan preparat utuh diupayakan permanen atau
awet agar sewaktu-waktu dapat diamati kembali. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini
tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan,
perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang
dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan
menentukan keberhasilan preparat irisan (Anonim, 2009).
Sel
tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang bervariasi. Struktur sel
rumit, namun demikian semua sel mempunyai persamaan dalam beberapa segi dasar.
Jaringan yang menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari jaringan muda dan dewasa.
Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian akar, batang dan daun
tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu preparat penampang
dari bagian-bagian tumbuhan. Untuk memlihat adanya jaringan pada tumbuhan
dengan menggunakan metode parafin maka dilakukanlah percobaan kali ini (Sumardi,
2002).
Tipe
irisan melintang atau longitudinal kurang tertampilkan dengan baik pada
preparat karena pada saat pengeblokan, terkadang spesimen tidak berada di
tempat yang diinginkan. Beberapa faktor yang menunjuang keberhasilan tipe
irisan adalah fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan
parafin serta pewarnaan. Khususnya pada saat penentuan larutan fiksatif yang
akan digunakan, perembesan parafin dalam spesimen dan penggunaan zat warna yang
sesuai dengan karakteristik tumbuhan specimen (Anonim, 2009).
Dalam
pembuatan preparat hendaknya dipahami karakteristik tanaman yang akan diambil
sebagai spesimen. Karakteristik tersebut dapat berdasarkan atas pengelompokan
jenis batang, termasuk dalam herba atau berkayu kemudian dilanjutkan berdasarkan
penentuan tumbuhan tersebut tergolong dalam angiospermae atau gymnospermae dan
selanjutnya tumbuhan itu tergolong dalam tumbuhan dikotil atau monokotil.
Perbedaan karakteristik tumbuhan yang akan diambil sebagai spesimen menentukan
larutan fiksatif dan zat warna yang akan digunkan dalam pembuatan preparat (Widjajanto,
2001).
Karakteristik
tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan waktu pada tahap-tahap
pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu tahap pengecatan akan
mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan mungkin warna lainnya
menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini
tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan,
perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang
dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan
menentukan keberhasilan preparat irisan (Setjo, 2004).
Pembuatan
preparat awetan jaringan tumbuhan di laksanakan secara bertahap, sebagai
berikut (Anonim, 2004):
1. Bagian
tumbuhan yang akan dijadikan preparat dimasukkan ke dalam larutan FAA.
2. Lalu
bahan diaspirasi untuk rnenghilangkan udara dan jaringan.
3. Setelah
diaspirasi bahan menuju perlakuan dengan parafin,
4. Dilanjutkan
dengan proses penanaman bahan dalam parafin cain dan dicetak dalam bentuk
persegi panjang,
5. Bahan
dalam parafin yang mengeras selanjutnya dipotong menggunakan mikrotom.
6. Potongan
preparat kemudian diletakkan di atas kaca obyek yang sebelumnya telah diolesi
dengan houpe-adhesive dan ditetesi formaldehide 4%.
7. Preparat
kemudian dipanaskan di atas slide warmer hingga kering, agar preparat melekat
pada kaca obyek.
8. Selanjutnya
preparat memasuki pewarnaan.
9. Preparat
yang telah diwarnai ditetesi entelan. lalu ditutup dengan kaca penutup (cover
glass).
10. Selanjutnya
preparat diberi label dan siap digunakan.
Fiksasi
bertujuan untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada
dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup. Suatu
larutan pemati atau fiksasi yang baik akan berlaku sedemikian rupa sehingga
morfologi sel jaringan yang bersangkutantidak berbeda bentuknya dari
keadaansewaktu masih hidup. Oleh karena larutan pemati biasanya dicampur dengan
zat yang digunakan untuk pengawet, maka larutan tersebut umumnya dinamakan
larutan pengawet atau larutan fiksasi (Haruna dan Asnady, 2010).
Metode
parafin termasuk metode irisan yang merupakan metode rutin atau standar.
Pengamatan secara mikrokopis dari sesuatu jaringan yang normal sifatnya maupun
yang mengidap sesuatu penyakit (patologis) akan lebih baik hasilnya bila
dilakukan dari preparat jaringan yang telah dipersiapkan secara baik, telah
dilakukan penyayatan yang cukup tipis, serta diberi pewarnaan yang sesuai,
sehingga berbagai elemen jaringan yang diteliti lebih mudah untuk diamati.
Dengan demikian, tidak saja penelitian secara mikroanatomi yang dapat
dilakukan, tetapi juga memberi kemudahan dalam membedakan berbagai perubahan
yang terjadi pada sel-sel jaringan yang diteliti. Adakalanya beberapa jenis
jaringan memerlukan perlakuakan yang khusus untuk dapat menelitinya, seperti
dalam hal jenis pewaranaan yang harus digunakan untuk sesuatu jenis jaringan
tertentu (Sugiharto, 1989).
Jaringan
tumbuhan yang dapat dibuat preparat diantaranya yaitu (Anonim, 2009) :
Akar
Histogen
pada akar jelas pada ujung ujung akar, khususnya bila pembuatan preparat dengan
pewarnaan untuk menampilkan dinding sel dan struktur inti. Jaringan primer jelas
pada awal zona bulu akar. Bulu akar ini dapat dideteksi dengan menggunakan
loupe. Pengawalan ioxinnl akar cabang dapat diperlihat-kan pada batas atas zona
bulu akar. Pada tingkat ini jaringan primer biasanya terdeferensiasi dengan
jelas tanpa berkayu secara berlebihan.
Batang
Pada
batang tumbuhan dikotil dan tumbuhan berkonus, ioxin jaringan batangnya
berdiferensiasi sangat cepat dekat apeks, dan beberapa ruas pertama di bawah
ujung terminalnya memperlihatkan jaringan-jaringan primer yang berkembang penuh
dan pengawalan aktivitas sekunder. Pada batang tumbuhan herba, kayu sekunder
kurang berkembang.
Pada
jenis tumbuhan yang berbeda, mempunyai struktur batang yang berbeda pula
menentukan jenis larutan fiksatif dan zat warna yang akan digunakan dalam
pembuatan preparat. Misalnya tumbuhan polongan dapat menggunakan Craf III. Jika
batang mempunyai ruas yang lebih lunak diberi perlakuan acctone-xylol atau
alcohol-xylol. Pada batang yang lebih keras hasil irisan akan lebih baik jika
menggunakan ioxin atau butyl alcohol. Batang bunga matahari dan Chrysantenum
dapat difiksasi dengan menggunakan FFA tanpa menimbulkan plasmolisis, ataupun
dengan penggunaan modifikasi Nawaschin seperti craft IV dan V juga memberikan
hasil yang baik.
Daun
Biasanya
untuk mendapatkan hasil yang maksimal ioxinn difiksasi dalam larutan FAA. Daun
yang lunak dan tulang daun yang kecil saat proses dehidrasi digunakan acetone
atau etil alcohol, sedangkan daun yang tebal atau seperti kulit dengan tulang
daun yang kuat diproses dalam butyl alcohol atau ioxin. Ciri khas daun harus
diperhitungkan dalam pembuatan preparat irisan, misalnya untuk daun yang lunak
parenkimanya biasanya mudah retak. Trikoma glandular perlu perlakuan khusus.
Untuk hasil fiksasi yang baik digunakan larutan craf I.
Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah botol sampel, nampan, gelas ukur,
pipet tetes, pinset, oven, silet, penggaris, tabung reaksi, gegep, lampu
spiritus, tabung pengenceran dan penghitung waktu.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah batang tanaman jagung, Zea
mays, Asam asetat glacial, aquadest, Formalin, alkohol bertingkat ; 70%,
80%, 90%, 95%, 100%, xylol, parafin, air, kertas blok.
Cara
Kerja
1. Menyediakan
semua alat-alat yang akan digunakan di laboratorium dan membuat larutan-larutan
yang diperlukan.
2. Memotong
jaringan batang Zea mays sepanjang 3
mm.
3. Melakukan
fiksasi ; memakai larutan Formalin-Aceto-Alkohol (FAA) yaitu alkohol 70 % 90 ml,
asam asetat 5 ml, dan formalin 5 ml.
4. Merendam
jaringan bersama dengan larutan FAA selama 24 jam.
5. Melakukan
dehidrasi yaitu membuang larutan fiksasi dan menggantinya dengan menggunakan
alkhol bertingkat yaitu 70%, 80%, 90%, 95%, 100% dengan interval waktu 30
menit.
6. Melakukan
dealkoholisasi yaitu membuang alkohol dan menggantinya dengan campuran
alkohol-xylol 3 : 1, campuran alkohol-xylol 1 : 1, campuran alkohol-xylol 1 :
3, dan xylol, secara berturut-turut dengan interval waktu 30 menit.
7. Kemudian
mencairkan paraffin yang akan digunakan, setelah cair dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi jaringan dengan xylol dengan perbandingan paraffin :
xylol yaitu 9 : 1, yang dibiarkan selama15 menit.
8. Membuang
campuran xylol-parafin dan menggantinya dengan parafin murni. Kemudian membiarkan
diudara terbuka selama 15 menit.
9. Mengganti
parafin lama dengan parafin baru yang dicairkan kemudian memasukkannya ke dalam
blok hingga tingginya setengah dari tinggi blok.
10. Meletakkan
jaringan tersebut tepat di atas paraffin lalu menuangkan kembali paraffin
hingga blok hamper penuh.
11. Membiarkannya
hingga beku.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2004. Pembuatan
Preparat dengan Metode Parafin. www.asosiasipoliteknik.or.id. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010.
Anonim, 2009. Pembuatan
Preparat dengan Metode Parafin. www.justbiology.blogspot.com . Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010.
Haruna, F. dan Asnady S, M., 2010. Penuntun Praktikum Mikroteknik Tumbuhan.Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Lianury, Robby N, 2000, Histologi, Universitas Hasanuddin Press, Makassar.
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Lianury, Robby N, 2000, Histologi, Universitas Hasanuddin Press, Makassar.
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sugiharto, 1989. Mikroteknik.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sumardi, I. dan Pudjoarinto, A., 2002. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sumardi, I. dan Pudjoarinto, A., 2002. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Widjajanto, 2001. Mikroteknik Tumbuhan.
Universitas Negeri Malang, Malang.
No comments:
Post a Comment